Di tengah penentangan sebagian besar masyarakat Eropa, warga Muslim terus berjuang untuk menyebarluaskan informasi tentang agama Islam. Di kota Hamburg, Jerman misalnya, sepanjang pekan kemarin sekitar 40 warga Muslim yang berusia antara 18 sampai 30 tahun, membagi-bagikan selebaran dan pamflet yang berisi informasi penting seputar agama Islam bagi para pejalan kaki.
Mereka membuat semacam kios di tengah kota Hamburg. Sekilas, kios ini seperti warung kecil yang menjual permen atau minuman ringan. Tapi kalau dilihat dari dekat, kios itu menjadi tempat warga Muslim yang sedang 'berjuang' untuk menghapus citra buruk dan pandangan yang salah tentang agama Islam. Kegiatan ini merupakan ide dari Dewan Muslim Minoritas di Hamburg, yang berdiri pada tahun 1999.
"Muslim Menentang Teror" menjadi tema utama yang mereka usung dalam kegiatan tersebut, untuk meyakinkan khalayak kota Hamburg bahwa Muslim tidak ada hubungannya dengan terorisme. Selain membagikan pamflet soal Islam, mereka juga membagi-bagikan selebaran, berisi semacam pernyataan sikap dari Dewan Muslim Minoritas Hamburg yang diratifikasi pada bulan April kemarin. Dokumen itu antara lain memuat sejumlah point-point penting berkaitan dengan hubungan warga Muslim dengan negara dan komunitas Jerman.
Dokumen itu juga berisi desakan terhadap pemerintah untuk melarang segala bentuk diskriminasi terhadap agama, memberi izin bagi warga Muslim yang ingin mendirikan mesji serta memberi izin berjilbab bagi Muslimah yang bekerja di kantor.
"Ide membuka 'kios' ini ternyata berhasil menarik banyak perhatian dari warga kota Hamburg yang non Muslim dan ingin tahu tentang agama Islam," ujar seorang sukarelawan asal Turki, Gulseren Ozsoy. Ozsoy mengatakan, para relawan mendengarkan dengan seksama saran dan masukan-masukkan dari warga non Muslim Jerman yang datang ke kios mereka.
Rekan Ozsoy, Jamal Sayaffi yang masih keturunan Indonesia menyatakan bangga bisa menjadi Muslim Jerman yang patriotik. "Kami lahir di sini dan akan hidup selamanya di sini, ujar Jamal. "Kami ingin menegaskan bahwa kami bukan pakar tapi kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjawab semua pertanyaan tentang Islam yang diajukan mereka yang bukan Muslim," tambah Jamal.
Relawan lainnya Ahmad Jacobi mengatakan, ide membuat 'kios' ini sangat membantu untuk menjembatani jurang pemisah antara Muslim Jerman dan warga non Muslim di samping untuk membuka dialog membangun dengan warga non Muslim. "Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk bertindak, setelah selam bertahun-tahun kita mengabaikan tudingan sebagai teroris yang menghambat integrasi warga Muslim ke dalam masyarakat Jerman," ujar Ahmad.
Sementara itu, seorang warga non Muslim Jerman berusia 82 tahun, Lisa Gruning menyatakan sangat berterima kasih pada para pemuda Muslim itu yang sudah memberikan informasi padanya tentang agama Islam dan kitab suci Al-Qur'an.
Di Jerman, agama Islam menjadi agama ketiga terbesar setelah agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Saat ini ada sekitar 3,4 juta warga Muslim di Jerman, termasuk 220 ribu warga Muslim lainnya yang tinggal di Berlin. Sebagian warga Muslim Jerman adalah Muslim keturunan Turki.
Pemerintah negara Jerman sendiri sedang giat-giatnya mengintegrasikan antara warga Muslim dan masyarakat Jerman pada umumnya. Jerman sudah menyiapkan semacam rencana aksi untuk melawan kelompok ekstrimisme dan mempromosika integrasi warga Muslim di Jerman
Mereka membuat semacam kios di tengah kota Hamburg. Sekilas, kios ini seperti warung kecil yang menjual permen atau minuman ringan. Tapi kalau dilihat dari dekat, kios itu menjadi tempat warga Muslim yang sedang 'berjuang' untuk menghapus citra buruk dan pandangan yang salah tentang agama Islam. Kegiatan ini merupakan ide dari Dewan Muslim Minoritas di Hamburg, yang berdiri pada tahun 1999.
"Muslim Menentang Teror" menjadi tema utama yang mereka usung dalam kegiatan tersebut, untuk meyakinkan khalayak kota Hamburg bahwa Muslim tidak ada hubungannya dengan terorisme. Selain membagikan pamflet soal Islam, mereka juga membagi-bagikan selebaran, berisi semacam pernyataan sikap dari Dewan Muslim Minoritas Hamburg yang diratifikasi pada bulan April kemarin. Dokumen itu antara lain memuat sejumlah point-point penting berkaitan dengan hubungan warga Muslim dengan negara dan komunitas Jerman.
Dokumen itu juga berisi desakan terhadap pemerintah untuk melarang segala bentuk diskriminasi terhadap agama, memberi izin bagi warga Muslim yang ingin mendirikan mesji serta memberi izin berjilbab bagi Muslimah yang bekerja di kantor.
"Ide membuka 'kios' ini ternyata berhasil menarik banyak perhatian dari warga kota Hamburg yang non Muslim dan ingin tahu tentang agama Islam," ujar seorang sukarelawan asal Turki, Gulseren Ozsoy. Ozsoy mengatakan, para relawan mendengarkan dengan seksama saran dan masukan-masukkan dari warga non Muslim Jerman yang datang ke kios mereka.
Rekan Ozsoy, Jamal Sayaffi yang masih keturunan Indonesia menyatakan bangga bisa menjadi Muslim Jerman yang patriotik. "Kami lahir di sini dan akan hidup selamanya di sini, ujar Jamal. "Kami ingin menegaskan bahwa kami bukan pakar tapi kami akan berusaha sebaik mungkin untuk menjawab semua pertanyaan tentang Islam yang diajukan mereka yang bukan Muslim," tambah Jamal.
Relawan lainnya Ahmad Jacobi mengatakan, ide membuat 'kios' ini sangat membantu untuk menjembatani jurang pemisah antara Muslim Jerman dan warga non Muslim di samping untuk membuka dialog membangun dengan warga non Muslim. "Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk bertindak, setelah selam bertahun-tahun kita mengabaikan tudingan sebagai teroris yang menghambat integrasi warga Muslim ke dalam masyarakat Jerman," ujar Ahmad.
Sementara itu, seorang warga non Muslim Jerman berusia 82 tahun, Lisa Gruning menyatakan sangat berterima kasih pada para pemuda Muslim itu yang sudah memberikan informasi padanya tentang agama Islam dan kitab suci Al-Qur'an.
Di Jerman, agama Islam menjadi agama ketiga terbesar setelah agama Kristen Protestan dan Kristen Katolik. Saat ini ada sekitar 3,4 juta warga Muslim di Jerman, termasuk 220 ribu warga Muslim lainnya yang tinggal di Berlin. Sebagian warga Muslim Jerman adalah Muslim keturunan Turki.
Pemerintah negara Jerman sendiri sedang giat-giatnya mengintegrasikan antara warga Muslim dan masyarakat Jerman pada umumnya. Jerman sudah menyiapkan semacam rencana aksi untuk melawan kelompok ekstrimisme dan mempromosika integrasi warga Muslim di Jerman
loading...
Tidak ada komentar:
Write komentar